Menjelajahi
seisi ruang USNS Mercy tidaklah mudah. Jika ceroboh kita akan tersesat. Tur di
dalam kapal rumah sakit ini ternyata sangat mengasyikan.
ANSARI
HASYIM, Banda Aceh
PERWIRA
Angkatan Laut Amerika itu menyalami satu per satu para wartawan sesaat akan
memasuki lambung USNS Mercy yang lego jangkar di perairan Ulee Lheue, Banda
Aceh, sejak Minggu 23 Juli lalu. "Wellcome to USNS Mercy," kata Dony
Bray, Leading Chief United State Navy Ship (USNS) Mercy dengan senyum
sumringah.
Seorang
marinir lalu membagikan ID card bertuliskan 'Visitor' kepada wartawan sebelum
masuk ke lambung kapal yang memiliki sembilan lantai dengan luas 894 kaki itu. "Kepada
rekan-rekan diharapkan tidak memisahkan diri dari rombongan," ujar Mary
Elizabeth Polly, Public Affair Officer pada Kedutaan AS di Surabaya.
Permintaan
itu sebelumnya telah disampaikan Marry saat sesi arahan kepada rombongan
wartawan yang berjumlah 20 orang dari berbagai media, sekitar 20 menit lalu. Warning itu sengaja disampaikan, bukan
hanya oleh wanita bule itu, tapi juga oleh awak kapal USNS Mercy.
Mereka tidak
menghendaki ada wartawan yang tersesat dalam lambung kapal, karena
kecerobohanya tidak mengikuti aturan. "Kalau tanpa ada seorang awak kapal
yang memandu bisa-bisa Anda akan tersesat," jelas Bray.
Semua daftar
nama rombongan dicek satu persatu. Semua wartawan tampaknya bisa memahami itu.
Maklum saja, beberapa wartawan ada yang baru pertama kali menjejakkan kaki
mereka ke kapal rumah sakit terapung milik Angkatan Laut AS itu. Beberapa
lainnya, kunjungan tersebut merupakan pangalaman kedua mereka.
Setelah
beres semua, Bray berjalan di baris paling depan d ikuti beberapa anggota
marinir kemudian disusul rombongan para wartawan. Tur keliling lambung kapal
dimulai. Flight deck, sebuah
fasilitas pendaratan heli yang ada di kapal itu menjadi tujuan pertama kegiatan
kunjungan kali ini.
Tapi, untuk
mencapainya cukup menguras energi. Karena flight deck berada pada bagian paling
atas area kapal (top level). Untuk menuju ke sana, siapa saja harus melewati
tujuh lapis ruangan dengan berjalan kaki. Ada juga fasilitas lift. Namun, daya
tampungnya sangat terbatas. Cukup melelahkan memang.
Tapi, berada
di USSN Mercy juga sangat menyenangkan. Setidaknya, ini adalah kesempatan yang
sangat berharga bisa melihat langsung suasana dalam ruangan kapal yang
menghebohkan penduduk Aceh itu, sewaktu Mercy partama kali terlihat pada 4
Januari 2004 lalu di perairan Aceh dalam misi membantu para korban tsunami.
Karena
statusnya sebagai kapal rumah sakit, maka hampir di setiap dinding ruangan
terlihat sejumlah peralatan evakuasi korban. Semisal tandu, dan sekat-sekat
kamar khusus dengan tulisan jelas di setiap bagian atas pintu masuk.
Di bagian
fligh deck, terdapat beberapa fasilitas penting kapal. Seperti segala hal
berkaitan dengan sistem navigasi dilakukan di sini, dalam sebuah ruang tertutup
yang didesain khsusus. Dengan sistem navigasi yang canggih itu, awak kapal
dapat mengetahui dimana posisi USNS Mercy berada sekaligus memonitor lalulintas
penerbangan (take off) dan pendaratan
(landing) sejumlah helikopter.
Ketika
bencana tsunami melanda Aceh, peran fligh deck sangat menentukan. Di landasan
ini para pasien korban tsunami didaratkan para awak heli untuk selanjutnya
dievakuasi ke ruang perawatan yang berada dalam lambung kapal.
Flight deck
utama sekali dipakai untuk kondisi darurat jika korban tidak memungkinkan
menjalani evakuasi melalui jalur laut. Selain ada helikopter HC-25, sejenis Sea
Hawk, Mercy juga memiliki sejumah kapal motor dan speed boat dengan daya jelajah tinggi. Umumnya kapal motor ini
dipakai untuk mengevakuasi korban melalui jalur laut.
Di Top Level
ini juga ada fasilitas teropong dengan kemampuan jangkauannya yang sangat
handal untuk memantau berbagai perkembangan di darat. Meskipun statusnya kapal
rumah sakit, Mercy juga dilengkapi dengan beberapa paralatan persenjataan berat
yang dipasang pada sisi kanan dan kiri kapal dan setiap saat mendapat pantauan
dari dua orang personil Angkatan Laut wanita.
Setelah di
sini, rombongan kemudian beralih tempat. Semua wartawan mengikuti saja arahan
Bray yang menjadi pemandu. Bray adalah sosok yang sangat familiar. Dia tidak segan menjelaskan apa saja yang
ingin diketahui. Kadang Mary dan Gini Adityawati, rekan sekerja Mary
menjelaskan kembali mengenai apa saja yang dikatakan Bray yang belum dipahami.
Kali ini
rombongan berada di ruangan Crew and LTD Care Patient Mess. Di sini banyak
sekali awak kapal. Wartawan sempat kaget karena suasana dalam ruang persis
seperti sebuah acara perayaan pesta. Di ruang ini juga tersedia sebuah layar
monitor yang berfungsi untuk memberi sesuatu penjelasan bagi awak kapal. Juga
ada persediaan makanan yang boleh diambil kapan suka.
Diantara
seratuan personil angkatan laut AS, terdapat sejumlah anggota TNI yang selama
tiga pekan menjalani berbagai program pelatihan dari awak USNS Mercy. Mereka
berbaur dengan suasana penuh keakraban. Selain Bray, para wartawan juga
mendapat penjelasan mengenai berbagai informasi tentang Mercy dari Captain
Bradley D Martin.
Komandan
Pasukan Amphibi 7 Angkatan Laut AS ini menjelaskan beberapa alur proses
evakuasi pasien yang didatangkan dari darat untuk kemudian mendapatkan
perawatan di USNS Mercy. Dia menjelaskan skema sederhananya. Bila menggunakan
evakuasi jalur udara, pertama-tama pasien didaratkan landasan flight deck.
Kemudian masuk ruang casualty reception.
"Disini
pasien didata sebelum menjalani pemeriksaan terkait dengan kondisi yang mereka
alami," kata perwira yang pernah bertugas di kapal USS Midway (CV41) yang
berpangkalan di Yokosuka, Jepang ini.
Setelah itu
ada kalanya pasien diperiksa secara seksama mengenai jenis penyakit atau
keluhan apa yang mereka alami melalui sebuah proses scanning di ruang radiologi. Pada ruang radiologi ini ada sebuah
alat yang disebut CT Scan. Alat ini mampu mendeteksi setiap penyakit
dalam waktu yang relatif singkat. Cara menggunakan alat ini, pasien ditidurkan
terlentang kemudian disorong ke dalam.
"Butuh
waktu 10 menit untuk mengirimkan hasil gambar dari proses scanning ini ke
bagian radiologi," jelas Wells, seorang para medis di ruang itu. Sejak
digunakan 3 tahun lalu CT Scan ini telah menscan 200 orang pasien.
"Kehebatan dari alat ini, dokter dapat langsung mengdiagnosa apa saja
jenis penyakit pasien," katanya.
Mendoza,
seorang para medis lainnya mengatakan, di ruang radiologi ini semua perangkat
di jalan menggunakan sistem ultra digital. “Tidak ada penggunaan bahan kimia
apapun dalam proses ini,” kata Mendoza.
Bagian dari
skema ini, juga terdapat ruang pemulihan pasien (recovery room). Ruang ini dihuni para pasien yang sudah memasuki
dalam masa penyembuhan. Bagi mereka yang dinyatakan sudah membaik akan diantar
kembali ke daerah asalnya menggunakan heli kopter.
Penanganan
pasien ini hanya bagian terkecil dari yang kemampuan medis yang dimiliki USNS
Mercy. Menurut beberapa catatan, Mercy juga didukung tim Showband.Tim yang
terdiri dari 16 musisi Angkatan Laut ini telah melakukan tur ke berbagai tempat
seperti Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Karibia.
Band ini
memainkan musik pop klasik hingga jenis musik teranyar saat ini. Dengan senang
hati para musisi ini menghibur semua kelompok dari anak-anak hingga orang
dewasa. Untuk wilayah Asia, merupakan yang pertama kali dilakukan sejak
kelompok band ini ditugaskan ke USNS Mercy.
Sedangkan
untuk memenuhi kebutuhan makan para awak kapal, Mercy mempunyai sebuah dapur
terapung dengan para pekerja profesional. Para koki yang tergabung dalam Food
Service Division ini mampu memberi makan kepada sedikitnya 2.500 orang awak
kapal tiga kali sehari. Di ruangan ini juga tersedia berbagai jenis makanan.
Salah satu menu yang paling digemari adalah sejenis udang rebus dengan
cangkangnya yang besar.
Tur
menjelajahi lambung kapal dengan segala keajaiban di dalamnya berakhir selama
lima jam. Selanjutnya, Bray yang memandu rombongan membawa para wartawan ke stagging room. Dimana sekitar 40 pasien
dari berbagai usia telah menunggu untuk menjalani pemeriksaan dokter.
“Selama
dalam ruangan jangan membuka apapun yang tertutup. Dan yang paling penting, tolong
jaga kondisi pasien dan kondisi psikologis mereka,” katanya mengingatkan. (26-7-2006)
0 comments: